Senin, 15 April 2013

3. Dasar-dasar fotografi

Aperture - ssemua fotografer mestinya sudah tahuapa itu apture (bukan diafragma), jadi saya tidak perlu menjelaskan lebihrinci, namuan untuk menyederhanakannya saya cuma bisa memberikan anologi, bahwa aperture berfungsi sebagai yang membatasi jumlah sinar yang bisa menembuslensa menuju sensor. Jika jumlah sinar yang dibutuhkan sedikit, maka gunakan aperdture terbesar, begitu juga sebaliknya.

Efek aperture  terhadap DOF (Deep of Field ruang tajam) atau ruang tajam, dimana semakin besar satuan aperture, maka semakin luas ruang tajam yang diperoleh (juga sebaiknya). Contoh: Jika kita memotret sepuluh deretan pohon berurutan menjauh dimana yang terdekat di beri nomor 1, maka dengan f.stop 32 dihasilkan ruang tajam dari jarak terdekat sampai terjauh, jadi dari deret pertama sampai pahon kesepuluh, semuanya tampil tajam di foto. Sedangkan jika menggunakan yang terlihat tajam, sementara pohon lainnya terlihatblur.

Untuk mengetahui seberapa  luasnya ruang tajam yang dihasilkan setiap lensa dengan focal lenght dengan aperture berbeda, anda bisa mengujinya dengan melihat tabel ruang tajam di situs ini:


http://www.dofmaster.com/doftable.html

atau di situs yang lain disini:

htt://www.erkkivanninen.net/ev/valok/doftab_en.html

dengan mempelajari kemampuan ruang tajam pada yang anda miliki, maka anda bisa mengatur komposisi dengan baik, agar POInya bisa masuk ruang tajam tersebut.

Speed - kecepatan gerakan rana, atau shutter, ditujukan untuk memberikan kesempatan lamanya sinar tersebut "membakar" sensor. Semakin lama sensor tersebut "dibakar" maka semakin panas dan menyala menjadikan gambar  menjadi lebih terang. Tapi makin cepat sinar tersebut ditutup, maka semakin gelap gambar yang dihasilkan. Kecepatan shutter, sangat dibutuhkan manakala kita ingin membekukan gerakan cepat sebuah peluru yang menembul apel, misalnya. Namun saat memotret romantisnya jembatan ampera di malam hari, maka shutter atau rana harus  di buka lebih lama agar sinar dapat membakar dan melukis keindahan lampu temaram di sekitar jembatan tersebut, Jika foto anda buram, bisa jadi disebabkan karena shutter kamera anda di set terlalu lambat, sehingga gerakan subjek foto maupun goyangan kamera yang anda genggam, mengakibatkan foto menjadi buram. Jadi pastikan anda memilih kecepatan yang cukup, agar foto tetap tajam, kecuali memang ingin mendapatkan efek dinamis akibat gerakan subjek atau kamera anda. Misalnya foto panning, yang menggunakan kecepatan shutter atau rana yang lambat, agar subjek terlihat lebih menonjol dari latar belakangnya yang blur.

Iso- Mengenai artinya apa itu ISO, silahkan browsing sendiri di internet, toh sudah banyak yang membahasnya, bahkan ada istilah lain dari itu, silahkan saja di pelajari. Disini saya hanya akan menayampaikan fungsi iso tersebut adalah untuk menentukan tingkat kepekaan sensor tersebut terhadap sinar yang diterimanya. Semakin tinggi iso yang digunakan, maka akan semakin peka iso yang digunakan, maka akan semakin  peka sensor kamera menerima sinar, artinya dengan kepekaan yang lebih tinggi maka efek yang diperoleh adalah kemamuan kamera untuk memotret dan membekukan gerakan penari di panggung yang temaram. Cara kerja ISO pada kamera digital sebenarnya bukan sensor digitalnya yang lebih peka, tapi cahaya yang diterima oleh sensor digital diperkuat oleh prosesor kamera, agar sinar lemah jadi tampil cerah. Efeknya tentu saja membuat warna menjadi lebih pucat, dan muncul bintik-bintik noise atau grain yang muncul akibat proses amplikasi yang dilakukan prosesor terhadap infornasi data digital yang diterima sensor. Jadi boleh dibilang lain daripenggunaan ISO yang lebih tinggi, adalah munculnya noise, atau butiran pasir merusak kotras warna maupun detil gambar, sehingga fotografer yang ingin gambarnya tajam, selalu menghindari penggunaan Iso tinggi, apalagi fotografer lanscape, pasti akan menggunakan iso paling rendah yang bisa di capai sebuah lensa.

PASM- Programmed, Aperture, Speed, Manual, Sebuah istilah yang muncul sejak fotografi mulai mengalami otomatisasi, dimana pada badan kamera di tanamkan prosesor yang mampu " berpikir" untuk menentukan ramuan ASI (Apertur+Speed+Iso) yang tepat agar foto terlihat cerah. Kemampuan ini, setidaknya membantu fotografer yang tidak ingin terlalu repot merubah parameter tersebut secara manual. Penjelasan tentang ini dapat dirinci sbb:

Programmed - fotografer cumamemilih subjek foto,mencari titik fokus, dan langsung menekan tombol shutter, sementara itu kamera secara otomatis mencari ramuan ASI yang tepat, agar foto yang dihadilkan tampil cerah.

Aperture - Jika mode ini dipilih, maka fotografer berhak menentukan besaran Aperture yang diinginkan, dan kamera punya kewjiban memilih secara Otomatis S+I yang paling cocok agar foto yang dihasilkan tampil cerah.

Speed - mode ini, memberikan kesepatan bagi fotografer untuk menentukan kecepatan yang diinginkan, dan kamera menyesuaikan A+I yang tepat agar hasil foto tampil cerah.

Manual - mode ini menyerahkan segala tanggung jawab pemilihan setting sepenuhnya kepada sang fotografer, dan kamera tidak bertanggung jawab pada hasil apapun yang diperoleh saat tombol shutter ditekan.

Pertanyaannya??, kenapa tidak ada mode "I" (Iso-priority)...? Ternyata, Iso hanya dapat disetting
secara manual, dan pemilihan mode otomatis baru saja muncul pada teknologi kamera yang diluncurkan mulai tahun 2006, CMIIW. Jadi untuk kamera generasi sekaranng, sudah bisa memotret secara serba otomatis, contohnya kamera panasonic FZ18, Nikon D3, Nikon D70s,Nikon
D90, Nikon D700 dan juga Canon 40D, 5D3,1DM3, dst... sekarang sudah bisa memotret dengan mode cerdas dimana semua setting, bekerja otomatis menyesuaiakan kondisi alamiah yang ada, dan memilih gabungan setting terbaik yang bisa diperoleh saat itu. jadi jelas jika kamera generasi masa kini, sudah dibuat sangat mudah dan kemampuan ISO yang dimiliki pun sudah sangat tinggi noise yang juga relatif rendah, serta dynamic range yang baik.

Namun begitu, semua yang serba otomatis, tidak selalu menghasilkan foto sebagimana yang diharapkan. Banyak fotografer kreatif yang selalu mencari cara baru atau mencoba menentang arus, dan melanggar pakem fotografi yang sudah ada dengan membuat foto-foto unik dan cantik,dengan cara kreatifnya. Itu sebabnya,walaupun semua kamera profesional bisa menggunakan setting serba otomatis, tetapi selalu menyisakan ruang untuk setting semua parameternya secara manual. Semakin profesional sebuah kamera, semakin banyak fiturs dan parameternya yang bisa dikoreksi secara manual, sehingga bagi orang yang jarang memotret, akan kesulitan menggunakan kamera profesioanl.

Seorang profesional dengan mudah melakuakn perubahan semua seting manualnya, karean diamelukan pemotretan lebih sering, dan bahkan setiap hari, sehingga merka juga melakukan kesalahan lebiha banyak lagi dari yang sudah pernah anda alami. Itu sebabnya, para fotografer profesional sangat mahir dalam memotret, karena mereka lebih menguasai alat yang digunakannya.




0 komentar:

Posting Komentar