* 2 Perusahaan Berhentikan 90% Karyawan BANDA ACEH - Perekonomian masyarakat Aceh sekarang ini sepertinya sedang sulit. Kondisi itu tergambar dari besarnya rasio kredit bermasalah di bank, meningkatnya penarikan kendaraan oleh leasing, dan banyaknya nasabah asuransi yang lapse (berhenti menanggung asuransi akibat tak dibayarnya premi). Data kinerja perbankan yang diterima Serambi dari Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Aceh, kredit bermasalah (Non Peforming Loan/NPL) pada triwulan I tahun ini (Januari-Maret) tembus 5,06 persen atau sebesar Rp 1,089 triliun, melampaui ambang batas yang ditetapkan BI sebesar 5 persen. Kredit bermasalah itu terjadi pada hampir semua sektor usaha produktif. Sektor perdagangan, misalnya, dari kredit tersalur Rp 4,19 triliun, yang bermasalah mencapai Rp 436 miliar (10,40%). Sementara pada sektor jasa kemasyarakatan, kredit bermasalah mencapai Rp 221 miliar (28,33%), sektor konstruksi Rp 82,5 miliar (20,63%), dan perumahan Rp 70,4 miliar (12,31%). Kondisi yang sama juga terjadi pada perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor (leasing). Kepala Cabang PT Adira Multifinance Banda Aceh, M Zainal Arifin, kepada Serambi, Senin (13/5), mengungkapkan, banyak nasabahnya yang tidak sanggup membayar cicilan kredit sepeda motor sehingga harus ditarik. “Kondisi ini sudah terjadi sejak awal Januari kemarin dan terus mengalami peningkatan sampai sekarang. Sebagian besar nasabah kami adalah wiraswasta nonformal atau pedagang,” ucapnya. Besarnya penarikan sepeda motor yang terjadi ia sebutkan telah mencapai 10 persen dari rata-rata penjualan per bulan yang berjumlah 1.100 unit. “Untuk mobil kita melihatnya masih stabil, karena memang dari sisi segmen pasarnya berasal dari kalangan menengah ke atas,” ujar Zainal. Supervisor Promosi PT Alfa Scorpii II (Yamaha) Jambo Tape, Edi Safrizal, sebelumnya juga menginformasikan bahwa penjualan baik secara cash dan kredit sejak beberapa bulan terakhir menurun. Bahkan banyak kredit yang macet, sehingga terpaksa dialihkan ke orang lain. “Klien kami kebanyakan pedagang pakaian. Mereka mengaku tak sanggup lagi menutup kredit karena pendapatan dari hasil penjualan minim,” ujar Edi. Perusahaan asuransi ternyata juga mengalami masalah serupa. Agen dari sebuah perusahaan asuransi internasional yang berkantor di Banda Aceh, Agus, mengungkapkan, tahun ini banyak nasabahnya yang mengalami lapse, yaitu kondisi penghentian penanggungan asuransi akibat tak dibayarnya premi. “Tahun ini perekonomian sepertinya lagi berat. Banyak nasabah yang lapse, karena tak sanggup bayar premi,” kata Agus. Di tengah kondisi ekonomi yang serba sulit ini, di Bireuen dilaporkan ada dua perusahaan besar yang merumahkan 360 karyawan atau mencapai 90 persen dari total karyawannya. Perusahaan itu adalah PT Cipta Karya Aceh dan PT Mutiara Aceh Lestari Bireuen yang bergerak dalam bidang jasa konstruksi. Direktur Utama PT Cipta Karya Aceh, H Saifannur, kepada Serambi mengatakan, di-PHK nya para karyawan tersebut dilakukan karena pekerjaan yang dilakukan perusahaannya kurang menguntungkan, ditambah lagi proses pembayaran proyek kurang lancar. “Serbasusah. Pekerjaan pemangkasan jalan Cot Panglima tahun lalu proses pembayaran kurang lancar, sehingga untuk menangani pekerjaan lain saya kekurangan modal, sehingga karyawan terpaksa dirumahkan,” ujarnya. Pemutusan Hubungan Kerja itu tentu akan kian menambah daftar jumlah pengangguran di Bireuen yang pada tahun 2012 lalu jumlahnya mengalami kenaikan menjadi 17.000 orang. (yos/yus) Editor : bakri (serambi indonesia aceh)
Rabu, 15 Mei 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar